Baca Dulu...

tergerak oleh semakin parahnya keadaan lingkungan kita khususnya masalah sampah dan perilaku masyarakat yang semakin tidak memperdulikan lingkungan, maka terciptalah blog ini.

blog ini berisi berbagai macam artikel yang saya kumpulkan menjadi satu, isi artikel di dalam blog ini adalah hasil suntingan dari berbagai sumber (sumbernya saya usahakan tercantum didalam setiap artikel).

akhirkata selamat membaca.

salam.



Sunday, October 31, 2010

Bahan Plastik Ramah Lingkungan

Bahan biodegradable polymer termasuk salah satu produk baru yang dikembangkan di Indonesia. Bahan itu lebih murah dibanding bahan plastik lainnya. Waktu hancurnya lebih singkat. Bahan ini juga tidak beracun dan sangat aman untuk membungkus makanan.
Bahan biodegradable polymer termasuk salah satu produk baru yang dikembangkan di Indonesia. Bahan itu lebih murah dibanding bahan plastik lainnya. Waktu hancurnya lebih singkat. Bahan ini juga tidak beracun dan sangat aman untuk membungkus makanan.
-------

Plastik dan polimer banyak digunakan masyarakat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik diproduksi dunia untuk digunakan di berbagai sektor industri. Kira-kira sebesar itulah sampah plastik yang dihasilkan setiap tahun.

Material plastik banyak digunakan karena mempunyai sifat unggul, seperti ringan, transparan, tahan air, serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. 

Sebaliknya, plastik masih mempunyai sifat kurang menguntungkan. Plastik tidak mudah hancur karena lingkungan, baik oleh cuaca hujan dan panas matahari maupun mikroba yang hidup dalam tanah.

Beranjak dari permasalahan itu, muncul pemikiran menggunakan bahan alternatif untuk membuat material polimer yang ramah lingkungan (biodegradable, Red).

Di beberapa negara maju, bahan plastik biodegradable sudah diproduksi secara komersial, seperti poli hidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL), poli butilen suksinat (PBS), dan poli asam laktat (PLA). 

Namun, kebanyakan bahan baku untuk bahan plastik biodegradable masih menggunakan sumber daya alam yang tidak diperbarui (non-renewable resources, Red) dan tidak hemat energi. Dengan demikian, tentu pengembangan bahan plastik biodegradable yang memanfaatkan bahan-bahan alam terbarui (renewable resources, Red) sangat diharapkan.

Beranjak dari pemikiran itu, Feris Firdaus, Sri Mulyaningsih, dan Endang Darmawan dari DPPM (Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Red) Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta meneliti plastik kemasan yang ramah lingkungan dan dari renewable resources.

Riset yang berlangsung sejak awal 2006 itu adalah riset pengembangan bahan plastik baru yang dapat hancur dan terurai dalam lingkungan. Dengan kata lain, ini merupakan salah satu alternatif memecahkan masalah penanganan sampah plastik. 

"Plastik biodegradable dari pati singkong dan khitosan ini menjadi salah satu alternatif bahan pembungkus. Selain ramah lingkungan karena mudah terurai, juga memiliki karakteristik awet dan tahan hingga bulan ke-3 dari pemakaian," tandas Feris, peneliti muda bidang kimia material dan komposit andalan DPPM UII itu.

Penelitian yang bertujuan mensintesis komposit pati-khitosan dan membentuk film plastik biodegradable itu pada akhir 2006 lalu juga berhasil mendapat dana dari Menristek untuk pengembangan penelitiannya. 

Dalam penelitian ini, film plastik biodegradable diartikan sebagai film yang dapat didaur ulang dan dihancurkan secara alami.

Aman, Mudah Didaur Ulang

Pati merupakan biopolimer karbohidrat yang dapat terdegradasi secara mudah di alam dan bersifat dapat diperbarui. Pati sendiri memiliki batasan bervariasi terkait dengan kelarutan dalam air.

Lapisan tipis dari pati dapat dengan mudah rusak. Untuk meningkatkan karakteristik, biasanya pati dicampur biopolimer yang bersifat hidrofobik atau bahan tahan air. Salah satu biopolimer hidrofobik yang direkomendasikan adalah khitosan yang dapat disintesis dari limbah cangkang udang dan crustacea lainnya.
Khitosan direkomendasikan sebagai biomaterial berpotensi tinggi untuk dikompositkan dengan pati atau amilum sebagai bahan utama pembuatan komposit pati-khitosan. Khitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut dalam HCl dan HNO3, dan H3PO4, dan tidak larut dalam H2SO4. 

Selain itu, khitosan tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi, dan bersifat polielektrolitik. Karakteristik lain khitosan adalah dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lain, seperti protein dan lemak. Karena itu, khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan industri farmasi dan kesehatan.

Gunakan Pati Singkong

Penelitian ini bersifat eksperimental murni yang dilakukan di laboratorium yang sering disebut The True Experimental Research. 

Bahan yang digunakan adalah pati yang diekstrak dari singkong, khitosan yang disintesis dari limbah cangkang udang, asam asetat encer, HCl 1,25 N, NaOH 3,5 persen dan 60 persen, gliserol, aquades. Peralatan yang digunakan adalah grander, blender, seperangkat alat gelas, bejana, pemanas elektrik, termometer, cetakan PE, oven, tenso lab (mesdan), mikroskop elektrik (EM 30 µm/nikon HFX-DX).

Mekanisme penelitiannya dimulai dengan ekstraksi pati singkong dengan aquades, disaring, diendapkan, dan dikeringkan. Lalu perlakuan terhadap pati menggunakan pentanol-1. Pati kering 50 gr dilarutkan dalam blender berisi pentanol-1 50 ml, proses isolasi berlangsung 5 menit. 

Proses polimerisasi campuran amilosa dan amilopektin tersebut dimulai dengan pemanasan suhu 80-90 0C dengan penambahan aquades 300 ml, sampai terbentuk biopolimer, lalu dicampur gliserol (plasticizer, Red), diaduk 3 menit, dicetak dalam cetakan PE, dioven dua hari (2 x 24 jam) pada suhu 45 0C, selanjutnya dilepaskan dari cetakan dan dikondisikan dalam suhu kamar atau ruangan selama 24 jam. Film plastik biodegradable siap dianalisis dan diuji. 

Analisis morfologi terhadap film plastik biodegradable yang dihasilkan dilakukan menggunakan mikroskop elektrik (EM 30 µm). Selanjutnya, dilakukan uji karakteristik mekanik (tensile strength, elongation at break, elastic modulus) terhadap film plastik biodegradable dengan ukuran sampel 3 x 25 cm menggunakan tenso lab. (yandi bagus)

Sumber : Jawa pos

Plastik Ramah Lingkungan

Plastik ( konvensional ) sudah dikenal luas dan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Namun repotnya, plastik termasuk barang yang Non Degradble, tidak bisa diurai sehingga akan menjadi permasalah tersendiri bagi lingkungan. Dan repotnya lagi, jika dibakar akan menghasilkan senyawa Dioxin yang beracun.
Karena itu diupayakanlah jenis plastic yang Degrdable. Dan jenis ini lalu disambut meriah oleh para pecinta lingkungan. Masalahnya harganya jauh lebih mahal sehingga akhirnya penggunaannya terbatas.

Dari hal tersebut akhirnya para pakar memutar otak. Bagaimana menemukan plastik yang ramah lingkungan sekaligus murah meriah.
Sampai akhirnya Yasua Asada dari National Institute of Bioscience and Human Technology Jepang berhasil menemukan cara itu.
Ia membuat senyawa PoliHidroksilButilat ( PHB ) yang bisa dicetak menjadi bahan thermoplastic tapi mudah diurai dalam tanah.
PHB dihasilkan oleh ganggang biru, yang mengelola gas CO2 dengan bantuan sinar matahari. Dan ini mirip dengan proses fotosintesis.
Bedanya, fotosintesis ganggang biru-nya Yasua Asada menghasilkan PHB.
Pasalnya ganggang biru Synechococcus yang dikaryakan dibekali gen pembentuk PHB dari bakteri Alcaligenes Eutropus.
Sampai kini Asada terus melakukan eksperimen bagaimana memperoleh PHB yang lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh ganggang biru peliharaannya.

Fotosintesis ganggang biru yang dilengkapi gen bakteri itu kalau berhasil dalam skala komersial, bisa menampung gas buangan pembakaran mesin yang memakai BBM, seperti mesin diesel pabrik atau motor.
Gas buangan inilah yang selama ini didakwa sebagai pencemar udara nomor satu. Karena akan menumpuk di angkasa dan membentuk lapisan yang menahan panas dari bumi ke ruang angkasa, yang biasa dikenal dengan Efek Rumah Kaca.

Jika gas buangan CO2 itu diubah menjadi PHB dengan mengkaryakan ganggang biru, maka dua tujuan sekaligus tercapai.
Pertama : efek rumah kaca akan dikurangi.
Kedua : akan dihasilkan plastik ramah lingkungan yang murah.

Lalu apa yang kita perbuat dengan perjuangan mereka ?
Setidaknya kita ikut berharap dan mendukung perjuangan mereka. Lebih jauh agar dengan mengerahkan pembiakan ganggang biru secara missal.
Atau sekurangnya menyebarluaskan informasi untuk anak cucu kita.

Sumber : http://www.waspbook.co.cc/2010/09/plastik-ramah-lingkungan.html

Dampak Plastik Terhadap Lingkungan

Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata sangat signifikan. Kemarin saya telah mengupload postingan tentang Bahaya Kemasan Plastik dan Kresek Post kali ini lebih menyoroti bahaya limbah plastik terhadap lingkungan.
Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain:
  • Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
  • Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
  • PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
  • Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
  • Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
  • Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
  • Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
  • Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
  • Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
  • Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
Sebagai tambahan pemahaman, saya beberkan beberapa fakta yang berkaitan dengan sampah plastik dan lingkungan:
  • Kantong plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway, Lautan Pacific
  • Sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik.
  • Dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi terdapat  46,000 sampah plastik mengambang di lautan.
  • Setiap tahun, plastik telah ’membunuh’ hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya.
  • banyak penyu di kepulauan seribu yang mati karena memakan plastik yang dikira ubur-ubur, makanan yang disukainya.
Untuk menanggulangi sampah plastik beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di udara. Bila manusia menghirup dioksin ini manusia akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis, pembengkakan hati, dan gejala depresi.
Terus gimana, dong?. Kita memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan kantong plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah dengan memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur ulang (recycle). Terakhir, mungkin perlu regulasi dari pemerintah untuk meredam semakin meningkatnya penggunaan plastik.

Sumber : http://alamendah.wordpress.com/ 

Pedagang Tak Peduli soal Bahaya Tas Kresek

Peringatan publik Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) terkait dengan bahaya plastik kresek, khususnya berwarna hitam agaknya belum diindahkan masyarakat. Hal itu terlihat masih banyaknya pedagang, terutama pedagang gorengan di pinggir jalan yang menjadikan plastik kresek hitam sebagai wadah gorengannya yang panas mengepul.

Tarno, pedagang gorengan yang biasa mangkal di seputar pasar Ciputat, Tangerang mengaku tidak tahu bahaya plastik kresek hitam yang digunakannya untuk wadah gorengannya. Ia menggunakan plastik kresek karena harganya yang murah.

"Kalau pakai kertas bekas harganya mahal. Nanti untungnya makin berkurang," kata pria tengah baya yang mengaku baru sekali mendengar tentang bahaya plastik kresek hitam selama 8 tahun berjualan gorengan.
Hasil penelitian I Made Arcana, dosen kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) bisa menjadi satu alasan kita menolak kantung plastik kresek sebagai wadah makan. Arcana menjelaskan, zat pewarna hitam yang digunakan untuk pewarna kantung plastik kresek itu jika terkena panas dapat terdegrasi dan mengeluarkan zat yang menjadi salah satu pemicu kanker. "Tidak dianjurkan menaruh makanan panas langsung dalam kantung plastik kresek, tetapi alasi dulu dengan daun atau kertas yang aman buat kesehatan, bukan kertas koran," ujarnya.

Namun, penting pula diketahui masyarakat bahwa plastik daur ulang itu tidak hanya dijadikan sebagai kantung plastik, tetapi juga produk lain yang selama ini tidak disadari masyarakat seperti sedotan, piring plastik kecil yang biasanya dipergunakan untuk wadah buah-buahan atau cake pada peringatan ulang tahun, dan gelas plastik berwarna.

Lantas, apa solusinya mengatasi persoalan kantong plastik? Yang pasti, lanjut Arcana, jangan pernah mencoba membakarnya. Jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia.

"Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi," ujarnya.

Selain kantung plastik kresek, pembungkus makanan lain juga patut mendapat perhatian karena bisa saja mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. Selama ini masyarakat menerima dengan lumrah makanan yang dibungkus oleh kertas biasa, kertas koran atau kertas bekas majalah.

Terkadang kertas pembungkus yang kontak langsung dengan makanan itu tidak didesain khusus untuk wadah makanan, sehingga mengandung zat berbahaya seperti timbal, karbon, dan lainnya. Timbal dapat mudah berpindah ke makanan jika terkena minyak dan panas yang mampu menyebabkan kelumpuhan.

Jadi bagi anda yang suka membeli gorengan, sayur-sayuran, kue, roti, dan lain-lain yang dibungkus dengan kertas bekas atau kertas bukan untuk makanan seperti kertas koran, kertas majalah, kertas print-an, gunakanlah piring atas wadah lainnya yang didesain khusus untuk makanan.

Harus Dikurangi
Penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan, meski terbilang aman untuk kesehatan sebagaimana dilansir BPOM, tetapi harus dikurangi. Karena stryofoam tidak ramah lingkungan. Bahan styrofoam bersifat tahan lama dan tidak dapat terurai secara alamiah dalam waktu puluhan atau mungkin bahkan ratusan tahun.

Sementara jika styrofoam dibakar, maka racun yang menguap ke udara jika terhirup akan menetap di dalam tubuh serta dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Sebaiknya mulai dari diri sendiri tidak menggunakan dan tidak membeli makanan mimuman yang memakai styrofoam sebagai kemasan agar tidak terkena dampak yang merugikan diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar kita. Lebih baik membawa tupper ware, piring atau rantang sendiri untuk membawa makanan kesukaan kita.

Kemasan lain yang patut diwaspadai adalah plastik air minum dalam kemasan yang mengandung bahan polyethylene terephthalate atau PET yang bersifat zat karsinogen jika dipergunakan berulang-ulang. Kemasan PET tersebut hanya aman digunakan beberapa kali saja, dengan suhu normal, tanpa dicuci-cuci, tidak kena sinar matahari.

Oleh sebab itu sebaiknya kita tidak memakai ulang botol dan gelas air minum kemasan dan hanya menggunakan kemasan minuman khusus untuk minuman yang aman dari zat-zat berbahaya.

Produk kemasan yang luput dari masyarakat adalah piring, mangkok, gelas dan barang berbahan melamin. Bahan melamin untuk pembuatan barang rumah tangga seperti piring, gelas, mangkuk, mug, cetok, sendok, garpu, dan sebagainya ternyata tidak semuanya aman bagi kesehatan kita dan dapat memicu kanker.

Selain harga yang murah, bentuknya yang beraneka ragam, ringan dan tahan banting menjadi primadona dalam perkakas rumah tangga di masyarakat.

Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=231539

Bahaya Sampah Plastik



Ada sekitar 3.700.000 ton per tahun bahan plastik diproduksi di Indonesia sebagai bahan campuran produk otomotif, perabotan rumah tangga, komponen elektronik dan banyak lagi. Sementara jumlah sampah yang berasal dari produk kemasan plastik saja mencapai 1.600.000 ton per tahun atau 4.400 ton per hari. Bisa dibayangkan Jakarta sudah hampir menjadi lautan plastik jika sampah dari bahan ini tak segera dimusnahkan atau didaur ulang.
Namun demikian tidak semua plastik bisa didaur ulang karena kandungan racun didalamnya.
Nah hal inilah yang perlu kita peduli bersama. Bayangkan ketika jumlah penduduk manusia semakin naik dan jumlah sampah plastikpun makin naik. Bisa-bisa bumi ini bakal penuh dengan sampah plastik.
Tidak hanya memenuhi bumi plastik yang dibiarkan juga akan berbahaya bagi tubuh. Racun dari plastik terlepas pada saat terurai atau terbakar. Penguraian plastik yang memakan waktu puluhan tahun akan melepaskan berbagai jenis logam berat dan bahan kimia lain yang dikandungnya. Bahan kimia ini terlarut dalam air atau terikat di tanah, dan kemudian masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman.
Lalu apa yang dikeluarkan ketika sampah plastik ini dibakar? Apakah hanya asap saja? Jawabannya tentu tidak. Ketika dibakar sampah akan menghasilkan salah satu bahan paling berbahaya di dunia, yaitu Dioksin. Dioksin adalah salah satu dari sedikit bahan kimia yang telah diteliti secara intensif dan telah dipastikan menimbulkan Kanker. Bahaya dioksin sering disejajarkan dengan DDT, yang sekarang telah dilarang di seluruh dunia. Selain dioksin, abu hasil pembakaran juga berisi berbagai logam berat yang terkandung di dalam plastik.
Kita sebagai ayah dan ibu pasti ingin anak dan cucu kita bisa hidup sehat dan masih bisa menikmati bumi yang hijau, udara yang segar, dan bumi yang bersih. Dari cita-cita inilah setidaknya kita mulai mendidik diri kita untuk bijak dalam menggunakan plastik dengan memahami prinsin 3R yaitu Reuse (menggunakan kembali), Reduce (mengurangi) dan Recycle (mendaur ulang). Langkah ini selain meminimalisir dampak bahaya plastik juga akan menghemat pengeluaran kita.
Hal apa saja yang bisa kita lakukan secara riil untuk mengurangi sampah plastik:
  • Belanja di warung dengan menggunakan plastik yang dibawa sendiri dari rumah (dipakai ulang)

  • Memilih produk-produk yang terbuat dari bahan yang bisa dipakai berulang: tempat makan/minum dari bahan kaca atau stainless

  • Menggunakan perlengkapan sehari-hari yang tahan lama dan bisa dipakai berulang-ulang. Jangan asal sekedar murah tapi mulailah menghitung untuk mendapatkan hasil yang benar-benar lebih murah. Contoh: memilih popok kain yang bisa dicuci daripada pakai popok sekali pakai (pospak).

Sumber : http://butikclodi.com/2010/05/bahaya-sampah-plastik/


Bahaya Kantong Plastik

    * Plastik sangat sulit hancur secara alami dan juga sulit didaur ulang. Setiap sampah plastik yang dibuang, baru akan hancur dalam waktu 200-400 tahun!
    * Walaupun murah bahkan sering diberikan gratis, plastik dibuat dengan menggunakan minyak bumi. Sumber energi yang mulai langka dan sangat dibutuhkan manusia. Di Inggris saja, diperlukan 2 milyar barel minyak untuk industri kantong plastik. Pada akhirnya minyak yang terpakai terbuang sia-sia karena kantong-kantong plastik itu hanya dipakai sekali-dua kali lalu menggunung di tempat penampungan sampah, mencemari lingkungan.
    * Sampah plastik sangat berbahaya buat beberapa jenis hewan. Di Australia tercatat lebih dari 100.000 hewan yang terdiri dari burung, ikan paus, anjing laut dan kura-kura, mati per tahunnya gara-gara menelan atau terbelit sampah plastik. Parahnya lagi, setelah badan hewan yang mati telah terurai, sampah plastiknya akan terbebas lagi ke alam.
    * Membakar sampah plastik menyebabkan zat-zat beracun dari sampah terlepas ke udara yang kita hirup. Polusi udara seperti ini punya dampak serius karena melemahkan kekebalan tubuh dan memicu kanker.
    * Plastik tersusun dari polimer. Dalam proses pembuatannya, ikut dimasukkan sejenis bahan pelembut (plasticizers) supaya plastik bertekstur licin, lentur dan gampang dibentuk. Tapi kalau plastik dipakai buat bungkus makanan, plasticizers bisa mengkontaminasi makanan. Apalagi kalau makanan yang dibungkus masih panas, si plasticizers dan monomer-monomernya makin cepat keluar dan pindah ke makanan lalu masuk dalam tubuh.
    * Kantong plastik kresek yang biasa kita pakai sehari-hari ternyata mengandung zat karsinogen berbahaya karena berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihannya. Zat pewarnanya juga bisa meresap ke dalam makanan yang dibungkusnya dan menjadi racun.
    * Sampah plastik dari sektor pertanian dunia setiap tahunnya mencapai 100 juta ton. Kalau sampah plastik ini dibentangkan, panjangnya bisa membungkus bumi sampai sepuluh kali.

Bahaya Plastik bagi Anak-Anak dan Wanita

BAHAYA plastik bagi anak-anak dan wanita, praktis menjadi alasan bagi orangtua untuk memilih makanan dan minuman yang disimpan dalam kemasan plastik, terutama bagi bayi dan anak-anak. 
Kendati ringkes, sebaiknya berhati-hati terhadap kandungan bahan kimia dari plastik. Kemasan plastik itu bisa menyebabkan gangguan hormonal dan pertumbuhan lesi prakanker saat dewasa. Bahkan, pada ibu hamil pun dapat menyebabkan kematian janin. 

Seruan bahaya penggunaan bahan kimia ini berdasarkan hasil penelitian dari Program Toksiologi Nasional, Dinas Kesehatan Nasional, Amerika Serikat (AS). Mereka menyerukan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika untuk mempertimbangkan kembali keamanan penggunaan bahan kimia bisphenol A (BPA) yang terkandung di kemasan plastik bagi bayi dan anak-anak. Kebanyakan kandungan bahan kimia BPA banyak digunakan pada botol bayi dan penutup kaleng susu formula. 

Hasil penelitian program Toksiologi Nasional menemukan kemungkinan penggunaan BPA yang berlebihan mempunyai efek samping bagi kesehatan. Menurut mereka, pembatasan penggunaan BPA patut dilakukan karena dampaknya bisa memengaruhi saraf dan perkembangan janin di dalam rahim. 

Bila anak-anak terus terpapar BPA, kelak saat dewasa akan memengaruhi keabnormalitasan jaringan prostat dan payudara serta mengalami pubertas dini pada wanita. Kepala Komite Nasional Energi dan Perdagangan Amerika John Dingell meragukan penggunaan BPA aman bagi kesehatan. 

''Saya berharap sebaiknya ditinjau kembali penggunaan BPA,apakah aman untuk bayi dan anak anak," tutur John Dingell. Untuk membuktikan kebenaran hasil penelitian tersebut, program Toksiologi Nasional melakukan pengujian pada tikus dalam laboratorium. Diketahui, paparan BPA pada manusia akan berisiko mengalami pertumbuhan lesi prakanker prostat dan payudara dibandingkan yang lain. ''Kemungkinan penggunaan BPA akan mengganggu perkembangan sel tubuh manusia. Dampaknya tidak bisa dihilangkan,"tutur Dingell. 

Kandungan BPA digunakan untuk memproduksi plastik polycarbonate dan bahan kimia resin. Kandungan tersebut mudah ditemukan pada kemasan plastik yang digunakan untuk makanan dan minuman. Jika penggunaan terus berlangsung, dikhawatirkan akan memengaruhi kesehatan. Bahkan, sejumlah bungkus pasta gigi juga diduga mengandung bahan kimia tersebut. Masih dalam penelitian yang dilakukan program Toksiologi Nasional, ternyata dampak penggunaan BPA juga berbahaya pada wanita hamil. 

Hasilnya, mampu menyebabkan kematian janin, cacat bayi, berat badan turun, dan gangguan perkembangan. Sementara itu, surat kabar The Globe and Mail Kanada memberitakan Departemen Kesehatan Kanada akan mendeklarasikan bahaya penggunaan BPA dan diatur sebagai peraturan. Aktivis lingkungan juga menyerukan hal yang sama terkait masalah kesehatan dari penggunaan bahan kimia. ''Keputusan untuk mengoreksi penelitian tersebut bahwa BPA kemungkinan akan berbahaya bagi kesehatan," ujar salah seorang anggota aktivis lingkungan Anila Jacob.

Meski disinyalir adanya bahaya penggunaan bisphenol A (BPA),pihak Departemen Kesehatan Amerika akan melanjutkan penelitian ini untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang diujicobakan pada kelinci menyatakan, penggunaan BPA bisa berdampak pada jaringan saraf, perkembangan janin, bayi, dan anak. Selain itu, paparan BPA menyebabkan pertumbuhan lesi prakanker jaringan prostat, payudara, dan pubertas dini pada wanita. 

Kendati begitu, penelitian ini masih terbatas terkait efek yang dirasakan. Mereka sangat menyadari masih dibutuhkan banyak penelitian untuk membuktikan keterkaitan lebih jauh dampaknya pada manusia. Mereka menekankan, meskipun menggunakan subjek tikus, efek BPA secara terus-menerus pada manusia tidak bisa diabaikan begitu saja. Seperti diketahui, bahan kimia tersebut bisa ditemukan dengan mudah pada botol bayi dan makanan kemasan.

Sumber : http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=319&Itemid=54

Bahaya Plastik Kresek Karsinogenik penyebab kanker


Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) mengingatkan masyarakat agar tidak menggunakan kantong plastik atau tas kresek berwarna untuk mewadahi makanan siap santap secara langsung. Sebab bahan kimia dalam plastik daur ulang itu beresiko membahaykan kesehatan.
Menurut Guru Besar Ilmu kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakulta Kedokteran Undip, Prof Dr Anies Mkes PKK, kantong plastik warna hitam bersifat karsinogenik bisa menyebabkan kanker dalam jangka panjang. Plastik dari proses daur ulang itu diragukan kebersihannya. Padahal dalam proses pembuatannya plastik tahan panas biasanya ditambah senyawa penta kloro bifenil (PCB) yng berfungsi sebagai satic agent. PCB menentukan kualitas plastik. “oleh karena itu, plastik tahan panas dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Ini berbahaya bagi manusia,” kata dia.

Pengaruh keracunan PCB pada manusia telah lama diketahui. Di jepang keracunan PCB menimbulkan penyakit yusho. Tanda dan gejala keracunan berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, tangan dan kaki lemas. Pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian bayi dalam kandungan, serta bayi lahir cacat. Sedang pengaruh keracunan dalam jangka waktu lama atau menahun pada manusia oleh PCB antara lain kematian jaringan hati serta kanker hati.
“memang bahayanya jikia plastik dipakai membungkus makanan atau minuman dalam keadaan tidak tampak atau terjadi secara langsung pada saat menggunakan pliastik, karena efek karsinogeniknya, bersifat juangka panjang. Karena itu untuk mengurangi bahaya plastik bagi kesehatan maupun lingkungan hidup dianjurkan sedikit mungkin menggunakan plastik untuk berbagai keperluan. “tutur pakar kedoktern lingkungan itu.

Selain plastik, bahan pengemas styrofoam atau polystyrene juga menjadi pilihan untuk mengemas makanan siap saji. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren mampu mencegah kebocoran, dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang.
Selain itu bahan itu mampu mempertahankan panas dan dingin, tetapi tetapnyaman dipegang, serta mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas. Biaya jadi lebih murah, lebih aman serta ringan.
Namun dari hasil penelitian, styrofoan tidak aman digunakan. Pada Juli 2001, Divisi kemanan pangan pemerintah Jepang mengungkapkan residu Styrofoam dlam makanan yng sangat berbahaya. Residu itu dapat mnyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suiatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia, akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.
Dalam styrofoam ditemukan kandungan Dioctyl Phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen yakni suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui kotoran atau air kencing. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terblut lemak, yang bisa memicu munculkan penyakit kanker.
“benzena bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tiroid, mengganggu sistem saraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Pada beberapa kasus, benzena bahkan dapat mengakibatkan hilang kesadaran atau kematian. Saat benzena termakan, dia masuk ke sel-sel darah dan lama- kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah anemia, “jelas Anies.
Efek lainnya sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk pada siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Yang paling berbahaya, zat ini bisa mengakibatkan kanker payudara dan kanker prostat.
Namun menurut Prof Dokter Ichrodjuddin Nasution SpFK, ahli farmakologi klinik, penggunaan dalam jumlah kecil dan frekuensi yang tidak sering, tidak akan berbahaya bagi tubuh. Sebab, tubuh memiliki alat detoksifikasi atau penghilang racun di organ hati. “asal jumlahnya tidak terlalu banyak yang masuk dalam tubuh, tidak apa-apa. Tubuh kita bisa menghilangkan racun tiu dengan sendirinya,” ujarnya.
Tapi jangan menggunakan plastik untuk membungkus langsung makanan panas. Misalnya larutan panas seperti bakso atau makanan berkuah lainnya. “kenyataannya selama ini tidak ada kejadian berbahaya akibat menggunakan plastik.”
Survey di AS tahun 1986 mununjukkan 100% jaringan lemak orang amerika mengandung styrene berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas sehingga menimbulkan gangguan saraf.
Bahkan penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi Styrene, karena si ibu-ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengkonsumsi makanan. Styrene bisa berimigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu hamil.

Sumber : http://maindakon.blogspot.com/2009/09/bahaya-plastik.html

Bahaya Mengintip di Balik Pemakaian Plastik

KITA tentu tak asing dengan berbagai kemasan berbalut plastik. Hampir semua barang-barang yang ada di sekeliling kita tak lepas dari bahan bernama plastik ini. Mulai dari mainan anak, alat-alat rumah tangga, alat kantor, sampai benda-benda elektronik berbungkus plastik.
Salah satu alasan pemakaian plastik tentu tak lepas dari berbagai kelebihannya. Meski ringan, plastik tak berkarat, mudah dibentuk, dan tidak gampang pecah. Semua ini membuat plastik lebih praktis ketimbang bahan tradisional yang membutuhkan perawatan khusus.
Tak hanya itu, plastik juga relatif murah dan terkenal gaul dengan bahan lain. Artinya, bahan ini mudah bercampur dengan aneka bahan pewarna. Sudah begitu. Alhasil, banyak orang terpikat pada plastik dengan keanekaan bentuk dan warnanya.
Dengan berbagai kelebihan itu, tak heran jika plastik kini menjadi pilihan utama untuk membungkus aneka produk.
Sejarah plastik sangat panjang. Yang jelas, pemakaian bahan ini makin tak terbendung setelah Perang Dunia II. Bahkan, selama dua dasawarsa terakhir ini, pasar plastik mampu menyaingi pasar pangan di dunia. Maklum, makanan membutuhkan kemasan atau bungkus yang kini sebagian besar dari plastik.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Wibowo mengungkapkan, besarnya pengunaan plastik tak lepas dari kebutuhan warga dunia yang ingin serba praktis. "Plastik jelas lebih praktis dan bahan lama dibandingkan tempat makanan tradisional seperti daun," tandas Hengky.
Namun, di balik kepraktisan itu ada bahaya mengintip di balik pemakaian plastik. Setidaknya, ada dua bahaya plastik. Pertama, plastik akan menjadi sampah yang sulit terurai. "Plastik yang adalah produk non-biodegrable sulit untuk diuraikan," pasar Ahli Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Hartoyo.
Asal tahu saja, limbah plastik baru bisa terurai setelah 1.000 tahun. Bandingkan dengan limbah kertas yang membutuhkan waktu sebulan untuk terurai. Kedua, plastik mengandung bahan kimia yang berbahaya, yakni Bisphenol A alias BPA. Bahan kimia ini bisa merangsang pertumbuhan sel kanker serta memperbesar risiko keguguran pada ibu hamil.
Monomer mudah terlepas
Singkatnya, tak hanya bisa mencemari lingkungan, plastik jelas jugaberpotensi mengancam kesehatan kita. Boleh jadi kedua bahaya ini lah yang membuat banyak negara kini mulai mengurangi penggunaan plastik.
Ambil contoh China. Sejak 1 Juni 2008 lalu, pemerfntah China mewajibkan warganya membungkus barang belanjaan dengan kertas. Kecemasan pemerintah Negeri Tembok Raksasa ini cukup beralasan. Sebab, penelitian di negeri itu menunjukkan bahwa penggunaan kemasan plastik untuk makanan dan minuman dapat mengganggu kekebalan tubuh manusia.
Penyebab gangguan kekebalan tubuh itu adalah kandungan dioksin dan zat beracun pada lapisan penyusun plastik yang rusak alias monomer.
Suhu penyimpanan dan proses pencucian wadah yang tidak tepat dapat menyebabkan perpindahan dan kerusakan monomer serta zat adiktif yang biasa dicampurkan saat pembuatan plastik. Inilah yang bisa merusak kekebalan tubuh. Pada tingkat yang berbahaya, zat beracun pada plastik itu dapat memicu berkembangnya sel kanker.
Itu belum seberapa lantaran produsen plastik umumnya menambahkan zat pewarna dan berbagai zat lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Kata Arif, plastik sejatinya tidak tahan panas. Tapi dengan berbagai tambahan seperti zat antilengket, bahan sinar dan panas, plastik menjadi sangat kuat.
Tapi, berbagi goresan dan panas tinggi perlahan bisa membuat bahan-bahan pembuat plastik itu terlepas. "Nah kalau berulang dipakai untuk menyimpan makanan atau minuman, zat yang terlepas ini lama-lama bisa menimbulkan kanker," papar Arif.
Zat beracun atau monomer itu semakin lama akan menumpuk dalam tubuh lantaran proses penyimpanan makanan atau proses memasak yang terlalu lama. Dalam hitungan ahli pangan, monomer plastik akan terurai pada suhu di atas 120 derajat.
Karena itu, Henky mengingatkan pangan sembarangan menggunakan kantong plastik berwarna hitam menyimpan makanan atau minuman panas. Soalnya, kantong plastik hitam umumnya terbuat dari bahan daur ulang dengan campuran tinta sablon. "Ini sangat berpotensi menimbulkan kanker," ujarnya.
Zat penyusun plastik yang perlu dihindari antara lain vinilklorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinylidene chlorida, serta styrene. Vinilklorida misalnya, dapat bereaksi negatif bila bercampur dengan guanin dan sitosin dapat merusak DNA. Adapun akrilanitril bereaksi dengan adenin bisa menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan seperti mulut, tenggorokan, dap lambung.
Sementara zat adiktif seperti plasticizer, stabilizer, dan antioksidan dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat makanan menjadi berubah rasa dap aroma serta bisa menimbulkan keracunan.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak cukup lama, zat adiktif pada plastik juga masuk secara bebas ke makanan. Akibatnya, kanker pun menjadi ancaman dalam kehidupan kita.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2008/10/23/14512748/bahaya.mengintip.di.balik.pemakaian.plastik